Sabtu, 20 Maret 2010

Awal Mula Beragama adalah Mengenal Allah

AWALUDDIN MA’RIFATULLAHI. Awal mula beragama adalah mengenal Allah dan meng-Esa-kan Allah (TAUHID), LAA ILLAAHA ILLALLAAH tiada Tuhan selain Allah. QULHUWALLAHAHU AHAD katakanlah bahwa Allah itu ESA, setelah itu carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN BERTAKWALAH KEPADA ALLAH, CARILAH JALAN SUPAYA DEKAT KEPADA-NYA DAN BERJIHADLAH DI JALAN ALLAH SUPAYA KAMU BERJAYA ( AL MAIDAH 5 : 35 )

JIKA MEREKA TETAP (ISTIQAMAH) MENEMPUH JALAN ITU (TARIQAT) SESUNGGUHNYA AKAN KAMI BERI AIR ( RIZKI, RAHMAT ) YANG BERLIMPAH-LIMPAH ( AL JIN 72 : 16 )

BARANG SIAPA MENYERAHKAN SELURUH DIRINYA KEPADA ALLAH DAN BERBUAT KEBAIKAN, BAGINYA PAHALA PADA TUHAN-NYA, TIADA MEREKA KETAKUTAN DAN TIADA MEREKA BERSEDIH HATI.

( AL BAQARAH 2 : 112 )

Banyak jalan menuju kepada Allah, sebanyak bintang di langit, sebanyak ruh manusia itu sendiri. Seperti halnya jari-jari roda sepeda yang semuanya menuju ke titik pusat as. Titik Pusat As adalah AL HAQQ, Yang Maha Benar, ALLAH Yang Maha Esa, yang akan memberikan penjelasan kepada kita semua mengenai apa-apa yang kita perselisihkan. Kita pun harus berserah diri secara total kepada-Nya.

UNTUK SETIAP UMAT, KAMI TELAH BERIKAN POLA SYARI’AT ( ATURAN ) DAN JALAN HIDUP YANG BENAR ( TATA CARA PELAKSANAANNYA ), SEKIRANYA ALLAH MENGHENDAKI, PASTILAH KAMU DIJADIKAN-NYA SATU UMAT SAJA, NAMUN ALLAH HENDAK MENGUJIMU DALAM HAL KARUNIA YANG TELAH DIBERIKAN KEPADAMU, KARENA ITU BERLOMBALAH UNTUK BERBUAT KEBAJIKAN, HANYA KEPADA ALLAH TEMPAT KALIAN KEMBALI LALU TUHAN BERITAHUKAN KEPADA KALIAN APA-APA YANG KALIAN PERSELISIHKAN ITU ( AL MAIDAH 5 : 48 ).

KATAKANLAH (HAI MUHAMAD) : Kami beriman kepada Allah dan kepada yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Yaqub, dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan hanya kepada-NYA kami berserah diri ( ALI IMRAN 3 : 84 )

Allah telah menciptakan bermacam-macam umat. Untuk setiap umat Allah telah memberikan pola syari’at yang sesuai dengan situasi dan kondisi umat tersebut. Orang Eskimo di daerah Kutub Utara mempunyai tata cara beribadah tersendiri yang sesuai dengan situasi dan kondisi alam di sana. Daerah ini mendapat cahaya matahari hanya 6 bulan, yaitu pada saat matahari berada di wilayah utara khatulistiwa. Waktu siang disini terasa begitu panjang. Pada saat matahari berada di wilayah selatan khatulistiwa, selama 6 bulan tanpa matahari, malam hari pun terasa panjang. Oleh karena itu konsep sholat yang 5 waktu akan sangat sulit untuk diterapkan di daerah ini. Haruskah kita memaksakan konsep agama Islam di wilayah Eskimo??? Konsep agama Islam ini hanya cocok di wilayah yang mempunyai putaran waktu 24 jam sehari semalam, 12 jam siang dan 12 jam malam. Lalu apakah tata cara ubudiyah seperti orang Eskimo tidak akan diterima oleh Tuhan ??? Apakah kita sebagai umat yang beragama Islam berhak mengatakan bahwa mereka yang non muslim itu adalah kafir ??? Sesungguhnya apa dan siapa yang disebut kafir?? Kafir artinya adalah menutupi. Arti kiasan bagi siapapun dan apapun agamanya, bila dia menutupi suatu kebenaran maka disebutnya orang kafir.

Lalu apakah orang Eskimo beserta umat lainnya yang non muslim akan masuk neraka semua??? Itu semua urusan Allah.

Pada awal perjalanan menuju kepada Allah tidak harus sama, tata cara syari’at, tata cara ubudiyah setiap umat bisa saja berbeda-beda, dengan demikian pengalaman bathin yang terjadi pasti akan berbeda-beda pula, sebagaimana halnya bila kita melakukan pendakian dari arah yang berbeda. Pada saat kita semua bersama-sama telah berada di puncak kemudian melihat ke bawah, maka apa yang kita lihat pasti akan sama. Misalnya bila kita melihat Istana Negara dari arah yang berbeda, tentu saja apa yang kita lihat akan berbeda pula, akan tetapi bila kita sama-sama melihatnya dari atas tugu Monas tentu apa yang kita lihat akan sama.

Bila kita berada di tempat yang lebih tinggi, lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, Istana Negara serta seluruh benda yang ada di atas bumi ini akan nampak semakin kecil bahkan selanjutnya akan hilang sama sekali dari pandangan mata lahir kita, yang ada hanyalah kekosongan semata. Akan tetapi bila mata lahir tersebut kita pejamkan, maka istana tersebut akan tampak kembali, karena mata bathin bisa menembus ruang dan waktu…

Tuhan ada. Dia berdiri dengan sendirinya tanpa pertolongan dari siapapun. Tidak ada apa-apa di sisiNya. Tidak ada swara ataupun nada. Tidak ada aksara. Tidak ada kitab apapun di sisiNya. Zabur, Taurat, Injil, Qur’an dan Hadits pun tidak ada.

Oleh karena itu bila kita ingin menghayati perjalanan Haqiiqat, mulai dari bentuk-bentuk lahiriyah kepada makna yang haqiqi dan tersembunyi, tutuplah mata dan telinga, tutuplah semua kerangka teoritis tentang masalah Dzat yang tidak bisa terjangkau oleh akal dan pikiran kita ( transenden ). Tutup semua kitab termasuk diri kita sendiri, karena jasmani ini adalah kitab Allah. Tutup semua panca indera kita. Bukalah mata hati, maka tak ada yang perlu untuk diperdebatkan lagi.

Seseorang bisa saja kehilangan objek pemujaannya, akan tetapi YANG DIPUJA TIDAK AKAN KEHILANGAN DIRINYA SENDIRI. DIA MAHA MENGETAHUI SIAPA PEMUJANYA. DIA MAHA MENGETAHUI ATAS SEGALANYA.

Para ahli sufi mengatakan bahwa seorang arif adalah dia yang melihat Tuhan dalam semua benda atau makhluk. Dia tidak hanya melihat Tuhan dari semua benda atau makhluk, akan tetapi dia juga melihat semua makhluk adalah merupakan realitas dari pada Tuhan. Tauhid murni adalah penglihatan atas Tuhan dalam semua benda, demikian menurut AL GHAZALI. Silahkan perhatikan serta hayati Surat Fushshilat 41 : 53-54. mengenai sifat dualitas dalam ke-Esa-an Dzat.

Maha benar Tuhan dengan segala firman-Nya. Oleh karena itu silahkan pilih sendiri jalan yang mana, agama apa yang kita inginkan.

Tuhan berfirman :

SESUNGGUHNYA AGAMA KAMU INI SATU AGAMA SAJA (Al ANBIYA 21 : 92)

AGAMA DI SISI ALLAH ADALAH ISLAM-FITRAH ( ALI IMRAN 3:19 )

AKU RIDOI ISLAM-FITRAH SEBAGAI AGAMA BAGIMU ( AL MAIDAH 5 : 3 ).

TUHAN KAMI DAN TUHANMU ADALAH SATU DAN HANYA KEPADA-NYA KAMI BERSERAH DIRI ( AL ANKABUT 29 : 46 )

Tidak ada paksaan dalam ajaran Islam. Menjadi orang Islam ( orang Damai ) bukan berarti kita menjadi orang yang kehilangan kepribadian. Kita tidak harus menjadi orang Arab atau ke Arab-Araban dan bukan pula karena pakaian kita menjadi orang Islam. Perhatikan Surat Al Baqarah 2 : 197 dan Surat Al A’raf 7 : 29 bahwa : Sesungguhnya sebaik-baiknya bekal atau busana yang paling indah adalah taqwa.

Prinsip Islam adalah kedamaian dalam kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan. Islam adalah fitrah manusia. Sekali lagi tidak ada paksaan dalam ajaran Islam ( Al Baqarah 2 : 256 ). Hanya saja, dzikrullah adalah jalan yang terdekat menuju kepada Allah ( Hadist ) serta lebih utama dalam kehidupan (Al Ankabut 29 : 45), dengan dzikir hatipun akan menjadi tenang dan tenteram (Ar Rad 13 : 28). ADZ-DZIKIR adalah AL QUR’AN ( Surat Al Hijr 15 : 9 ). AL QUR’AN adalah AN NUUR (Asy- Syura 42 : 52 ) dan AN NUUR adalah ALLAH ( An Nuur 24 : 35).

BAGI-MU AGAMA-MU, BAGI-KU AGAMA-KU (AL KAFIRUN 109 : 6).

AMAL-KU UNTUK-KU DAN AMAL-MU UNTUK-MU. KAMU TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS APA YANG AKU LAKUKAN. AKU PUN TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS APA YANG KAMU LAKUKAN

( YUNUS 10 : 41 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar